بسم الله
الرحمن الرحيم
Puji syukur senantiasa
dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas izin-Nya sehingga AD/ART Yayasan Sosial SUDIHATI ini dapat tersusun
dengan baik.
Penyusunan AD/ART ini
bertujuan untuk menjadi landasan berpijak dalam rangka pengimplementasian peran
serta komitmen dalam mengambil kebijakan
pada kegiatan Yayasan Sosial SUDIHATI
Kemajuan
Yayasan ini tentunya tidak lepas dari dorongan, kebersamaan dan kerjasama
antara pihak Yayasan dan masyarakat sekitar serta Pejabat terkai
Peran serta
Pengurus terutama dari berbagai
bidang sangat diharapkan demi
peningkatan kegiatan yayasan
Tiada gading yang tak
retak, walaupun kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun
AD-ART ini, namun penyusun
sadar masih banyak kekurangan yang terjadi
disana sini. Oleh karena
itu saran, masukan yang konstruktif kami nantikan.
Akhirnya, saya
sampaikan terima kasih
kepada semua pihak
yang telah membantu
dalam menyusun AD-ART ini, semoga
dicatat sebagai amal shalih
dan mendapat balasan yang
berlipat ganda dari Allah
Subhanahu Wa Ta’aala. Amiin.
Penyusun
1ANGGARAN DASAR
YAYASAN
SOSIAL SUDIHATI
KINTAMANI
BANGLI BALI
بسم الله الرحمن الرحيم
Bab I
Nama dan Kedudukan
Pasal 1
1. Yayasan ini bernaman “ YAYASAN
SOSIAL SUDIHATI” yang selanjutnya di sebut yayasan
2. Yayasan berkedudukan di Dusun
Sudihati Desa Kintamani Kabupaten Bangli Provinsi Bali
3. Yayasan dapat membuka Kantor Cabang
atau Perwakilan di tempat lain baik di dalam maupun di luar wilayah Negara
Republik Indonesia berdasarkan keputusan Pengurus dan persetujuan Pembina.
Bab II
Maksud dan tujuan
Pasal 2
1. Yayasan mempunyai Maksud dan
Tujuan di bidang Sosial, Keagamaan, Pendidikan dan Kemanusian
2. Membina, memelihara dan
mengembangkan Lembaga pendidikan Agama dan Keagamaan
2Bab III
Dasar dan Akidah
Pasal 3
1. Yayasan berdasarkan Pancasila dan
Undang Undang Dasar 1945
2. Yayasan Berakidah Islam menurut
Faham Ahlus Sunnah Wal Jamaah
Bab IV
Pasal
Kegiatan
1.
Dalam bidang Sosial meliputi mendirikan dan
menyelenggarakan Pendidikan, Pelatihan-pelatihan, training, menyelenggarakan
Pendidikan Informal seperti Kursus kursus keterampilan, dan pendidikan Formal
seperti Kelompok Bermain, Taman Kanak kanak (TK) pendidikan Kesenian dan
Pendidikan Olah raga.
2.
Dalam bidang Keagamaan meliputi :
a. Meningkatkan Sarana dan Prasarana
tempat tempat Ibadah
b. Menyelenggarakan Pondok Pesantren
dan Madrasah
c. Menerima dan menyalurkan Zakat,
Infaq , Shodaqoh Wakaf dan dana Bantuan bagi mereka yang berhaq
d. Meningkatkan pemahaman Keagamaan
e. Melaksanakan Syiar keagamaan
3.
Dalam bidang Kemanusian meliputi :
a. Memberi bantuan kepada Korban
bencana alam
b. 3Menyantuni Anak Yatim orang Faqir
dan Miskin dan orang yang mengalami gangguan Disabilitas .
Pasal 6
Usaha
1. Mendirikan badan usaha dan/ikut
serta dalam suatu badan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuan
yayasan
2. Melakukan tindakan yang secara
langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan pencapaian tujuan yayasan
Bab V
Kekayaan
Pasal 7
1. Yayasan mempunyai kekayaan awal
yang berasal dari kekayaan pendiri yang di pisahkan terdiri dari Rp. 10.000.000
( Sepuluh juta rupiah )
2. Selain kekayaan sebagaimana di
maksud dalam ayat 1 kekayaan yayasan dapat diperoleh dari:
a. Sumbangan atau bantuan yang tidak
mengikat
b. Wakaf
c. Hibah
d. Hibah wasiat dan,
e. Bantuan dari Pemerintah
f. Perolehan lain yang tidak
bertentangan dengan Anggaran Dasar yayasan atau peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
3. 4Semua kekayaan yayasan harus
dipergunakan untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan.
Bab VI
Jangka Waktu
Pasal 8
Yayasan ini didirikan untuk
jangka waktu yang tidak terbatas lamanya .
Bab VII
Organ Yayasan
Pasal 9
Yayasan mempunyai organ yang
terdiri :
a. Pembina
b. Pengurus
c. pengawas
Pasal 10
Pembina
1. Pembina adalah organ yayasan yang
mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada Pengurus dan Pengawas
2. Pembina terdiri dari seorang atau
lebih anggota Pembina
3. Dalam hal terdapat lebih dari
seorang anggotapembina, maka seseorang diantaranya diangkat sebagaiketua
Pembina.
4. Yang dapat di angkat sebagai
anggota Pembina adalah orang perseorangan sebagai pendiri yayasan dan atau
mereka yang berdasarkan keputusan rapat 5anggota
Pembina dinilai mempunyai dedikasi yang tinggi untuk mencapai tujuan yayasan.
5. Anggota Pembina tidak diberi gaji
dan atau tunjangan oleh Yayasan.
6. Dalam hal Yayasan oleh karena
sebab apapun tidak mempunyai anggota Pembina, maka dalam waktu, maka dalam
waktu 30 (tiga puluh) hari sejak terjadi kekosongan tersebut wajib diangkat
anggota Pembina berdasarkan keputusan rapat gabungan anggota Pengawas dan
anggota Pengurus.
7. Seorang anggota Pembina berhak
mengundurkan diri dari jabatannya dengan memberitahukan secara tertulis
mengenai maksud tersebut kepada Yayasan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum
tanggal pengunduran dirinya.
Pasal 11
1.
Masa jabatan Pembina tidak ditentukan lamanya
2.
Jabatan anggota Pembina akan berakhir dengan sendirinya
apabila anggota Pembina tersebut :
a. Meninggal dunia
b. Mengundurkan diri dengan
pemberitahuan secara tertulis sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat 7
c. Tidak lagi memenuhi persyaratan
peraturan perundang undangan yang berlaku .
d. Diberhentikan berdasarkan
keputusan Rapat Pembina .
e. Dinyatakan Pailit atau ditaruh
dibawah pengampunan berdasarkan suatu penetapan Pengadilan.
f. Dilarang untuk menjadi anggota
Pembina karena :
3.
Anggota Pembina tidak boleh merangkap sebagai anggota
Pengurus dan atau anggota pengawas .
6Tugas dan wewenang
Pasal 12
1.
Pembina berwenang bertindak untuk dan atas nama Pembina.
2.
Kewenangan Pembina meliputi :
a. Keputusan perubahan Anggaran
Dasar
b. Pengangkatan dan pemberhentian
anggota Pengurus atau anggota Pengawas
c. Penetapan kebijakan umum yayasan
berdasarkan Anggaran Dasar Yayasan
d. Pengesahn program kerja dan
rancangan anggaran tahunan Yayasan dan :
e. Pengesahan laporan tahunan.
f. Penunjukkan likuidator dalam hal
Yayasan di bubarkan
3.
Dalam hal hanya ada seorang Pembina, maka segala tugas
dan wewenang yang diberikan kepada Ketua Pembina atau anggota Pembina berlaku
pula baginya .
Rapat Pembina
Pasal 13
1.
Rapat Pembina diadakan paling sedikit dalam 1 (satu)
tahun, paling lambat dalam waktu 5 (lima) bulan setelah akhir tahun buku
sebagai rapat tahunan, sebagaimana dimaksud dalam pasal . Pembina dapat juga mengadakan rapat setiap waktu bila
dianggap perlu atau permintaan tertulis dari seorang atau lebih anggota
Pembina,anggota Pengurus atau anggota Pengawas .
2.
Penggilan rapat Pembina dilakukan oleh Pembina secara
langsung,atau melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat 7
(tujuh) hari sebelum rapat diadakan dengan tidak memperhitungkan tanggal
panggilan dan tanggal rapat .
3.
Panggilan rapat itu harus mencantumkan hari, tanggal,
waktu, tempat dan acara rapat .
4.
7Rapat Pembina diadakan ditempat kedudukan Yayasan, atau
tempat kegiatan Yayasan , atau tempat lain dalam wilayah hokum Republik
Indonesia .
5.
Dalam hal semua anggota Pembina hadir,atau diwakili
panggilan tersebut tidak disyaratkan dalam rapat Pembina dapat diadakan
dimanapun juga dan berhak mengambil keputusan yang sah dan mengikat .
6.
Rapat Pembina dipimpin oleh ketua Pembina, dan jika Ketua
Pembina tidak hadir atau berhalangan, maka rapat pembina akan dipimpin
oleh seorang yang dipilih oleh dan dari
anggota pembina yang hadir.
7.
Seorang anggota Pembina hanya dapat diwakili oleh anggota
Pembina lainnya dalam rapat Pembina berdasarkan surat kuasa.
Pasal 14
1.
Rapat Pembina adalah sah dan berhak mengambil keputusan
yang mengikat apabila :
a. Dihadiri paling sedikit 2/3 (dua
per tiga) dari jumlah anggota Pembina.
b. Dalam hal korum sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1 huruf a tidak tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan
Rapat Pembina kedua .
c. Pemanggilan sebagaimana yang
dimaksud dalam ayat 1 huruf b , harus
dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan, dengan
tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat .
d. Rapat Pembina kedua
diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua puluh
satu) hari terhitung sejak Rapat Pembina pertama.
e. Rapat Pembina kedua adalah sah
dan berhak mengambil keputusan yang mengikat, apabila dihadiri lebih dari ½ (satu per dua) jumlah anggota Pembina.
2.
Keputusan Rapat Pembina diambil berdasarkan musyawarah
untuk mufakat .
3.
8Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat
tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan suara setuju lebih dari ½
(satu per dua) jumlah suara yang sah.
4.
Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya,
maka usul ditolak.
5.
Tata cara pemungutan suara dilakukan sebagai berikut :
a. Setiap anggota Pembina yang hadir
berhak mengeluarkan 1 (satu) suara dan tambahan 1 (satu) suara untuk setiap
anggota Pembina yang lain yang diwakilinya.
b. Pemungutan suara mengenai diri
orang dilakukan dengan surat surat tertutup tanpa tanda tangan, sedangkan
pemungutan suara mengenai hal hal lain dilakukan secara terbuka dan ditanda tangani,
kecuali Ketua rapat menentukan hal lain dan tidak ada keberatan dari yang
hadir.
c. Suara yang diabstain dan suara yang tidak sah tidak tidak dihitung
dalam menentukan jumlah suara yang di keluarkan.
6.
Setiap rapat Pembina di buatkan Berita acara rapat yang
ditanda tangani oleh ketua rapat dan sekretaris rapat.
7.
Penandatanganan sebagaimana dimaksud dalam ayat 6 tidak
di isyaratkan apabila berita acara rapat dibuat dengan akta notaris
8.
Pembina dapat mengambil keputusan yang sah tanpa
mengadakan rapat Pembina, dengan ketentuan semua anggota Pembina telah
diberitahu secara tertulis dan semua
anggota Pembina memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara
tertulis serta menandatangani persetujuan tersebut.
9.
Keputusan yang diambil sebagaimana ayat 8 mempunyai
kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil secara sah dalam Rapat
Pembina.
10.
Dalam hal hanya ada 1 (satu) orang Pembina, maka dia
dapat mengambil keputusan yang sah dan mengikat.
9Rapat Tahunan
Pasal 15
1. Pembina wajib menyelenggarakan
rapat Tahunan setiap tahun, paling lambat 5 (lima) bulan setelah tahun buku
Yayasan ditutup.
2. Dalam rapat tahunan, Pembina
melakukan :
a. Evaluasi tentang harta kekayaan,
hak dan kewajiban Yayasan tahun yang lampau sebagai dasar pertimbangan bagi
perkiraan mengenai perkembangan Yayasan untuk tahun yang akan dating.
b. Pengesahan laporan tahunan yang
diajukan Pengurus.
c. Penetapan kebijakan umum Yayasan.
d. Pengesahan program kerja dan
rancangan anggaran tahunan Yayasan.
3. Pengesahan laporan tahunan oleh Pembina dalam rapat tahunan,
berarti membrikan pelunasan dan pembebasan tanggung jawab sepenuhnya kepada
para anggota pengurus dan pengawas atas pengurusan dan pengawasan yang telah
dijalankan selama tahun buku yang lalu,
sejauh tindakan tersebut tercermin dalam
laporan tahunan.
Pengurus
Pasal 16
1. Pengurus adalah organ Yayasan yangmelaksanakan kepengurusan yang
sekurang kurangnya terdiri dari :
a.
Deorang Ketua
b.
Seorang Sekretaris
c.
Seorang Bendahara
2. Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang
Ketua maka 1 (satu) orang diantaranya diangkat sebagai Ketua Umum
3. 10Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang Sekretaris maka 1 (satu)
orang diantaranya diangkat sebagai Sekretaris umum.
4. Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang
Bendahara maka 1 (satu) orang diantaranya diangkat sebagai Bendahara Umum
Pasal 17
1. Yang dapat diangkat menjadi Pengurus adalah orang perseorangan yang mampu melakukan perbuatan
hokum dan tidak dinyatakan bersalah dalam
melakukan pengurus yayasan yang menyebabkan kerugian bagi Yayasan,Masyarakat
atau Negara berdasarkan putusan Pengadilan, dalam jangka waktu 5 (lima( tahun
terhitung sejak tanggal putusan tersebut
berkekuatan hukum tetap.
2.
Pengurus diangkat oleh Pembina berdasarkan keputusan rapat Pembina untuk jangka waktu selama
5 (lima) tahun
dan
dapat diangkat
kembali .
3.
Pengurus dapat menerima gaji,
upah atau Honorarium apabila Pengurus Yayasan :
a.
Bukan Pendiri Yayasan dan tidak terafiliasi dengan
Pendiri Pembina dan Pengawas dan,
b.
Melaksanakan kepengurusan Yayasan secara langsung
dan penuh.
4. Dalam hal jabatan Pengurus kosong, maka dalam jangka
waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan, Pembina
harus menyelengggarakan rapat untuk mengisi kekosongan itu.
5. Dalam hal semua jabatan
pengurus kosong, maka dalam jangka waktu 11paling
lambat 30 (tiga puluh) hari, sejak terjadi kekosongan tersebut, Pembina harus
menyelenggarakan rapat untuk mengangkat pengurus baru, dan untuk sementara
Yayasan diurus oleh pengurus.
6. Pengurus berhak mengundurkan
diri dari jabatannya, dengan memberitahukan secara tertulis mengenai maksudnya
tersebut kepada Pembina paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum pengunduran
dirinya.
7. Dalam hal terdapat
penggantian pengurus Yayasan, maka dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga
puluh) hari, terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian pengurus Yayasan,
Pembina wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan Instansi terkait.
8. Pengurus tidak dapat
merangkap sebagai Pembina, pengawas atau pelaksana kegiatan.
Pasal 18
Jabatan anggota pengurus
berakhir apabila :
1. Meninggal dunia
2. Mengundurkan diri
3. Bersalah melakukan tindak
pidana berdasarkan putusan pengadilan yang diancam dengan hukuman penjara
paling sedikit 5 (lima) tahun
4. Diberhentikan berdasarkan
keputusan rapat Pembina
5. Masa jabatan berakhir
12Tugas dan wewenang pengurus
Pasal 19
1.
Pengurus bertanggung jawab penuh atas kepengurusan
Yayasan untuk kepentingan Yayasan.
2.
Pengurus wajib menyusun program kerja dan rancangan
anggaran tahunan Yayasan untuk disahkan Pembina.
3.
Pengurus wajib memberikan penjelasan tentang segala
hal yang ditanyakan oleh pengawas.
4.
Setiap anggota pengurus wajib dengan itikad baik dan
penuh tanggung jawab menjalankan tugasnya dengan mengindahkan peraturan
perundang undangan yang berlaku.
5.
Pengurus berhak mewakili Yayasan didalam dan diluar
pengadilan tentang segala hal dan dalam segala kejadian, dengan pembatas
terhadap hal-hal sebagai berikut :
a.
Meminjam atau meminjamkan uang atas nama Yayasan
(tidak termasuk mengambil uang Yayasan di Bank)
b.
Mendirikan suatu usaha baru atau melakukan
penyertaan dalamn berbagai bentuk usaha baik di dalam maupun di luar negeri.
c.
Memberi atau menerima pengalihan atas harta tetap
d.
Membeli atau dengan cara lain mendapatkan/
memperoleh harta tetap atas nama Yayasan.
e.
Menjual atau dengan cara lain melepaskan kekayaan
Yayasan serta mengagunkan/ membebani kekayaan Yayasan.
f.
Mengadakan perjanjian dengan Organisasi yang
terafiliasi dengan 13Yayasan, Pembina, pengurus,
dan atau pengawas Yayasan atau seorang yang bekerja pada Yayasan, yang
perjanjian tersebut bermanfaat bagi tercapainya maksud dan tujuan Yayasan.
6. Perbuatan pengurus
sebagaimana diatur dalam ayat 5 (lima) huruf a,b,c,d,e,dan f mendapat
persetujuan dari Pembina.
Pasal 19
Pengurus tidak berwenang mewakili Yayasan dalam hal :
1. Mengikat Yaysan sebagai
penjamin utang.
2. Membebani kekayaan Yayasan
untuk kepentingan pihak lain.
3. Mengadakan perjanjian dengan
organisasi yang terafiliasi dengan Yayasan, Pembina, pengurus dan atau pengawas
Yayasan atau seseorang yang bekerja pada Yayasan, yang perjanjian tersebut tidak ada hubungannya bagi
tercapainya maksud dan tujuan Yayasan.
Pasal 20
1. Ketua umum bersama-sama
dengan salah seorang anggota pengurus lainnya berwenang bertindak untuk dan
atas nama pengurus serta mewakili Yayasan.
2. Dalam hal ketua umum tidak
hadir atau berhalangan karena sebab apapun juga, hal tersebut tidak perlu
dibuktikan kepada pihak ketiga maka seorang Ketua lainnya bersama-sama dengan
Sekretaris umum atau apabila sekretaris umum tidak hadir atau berhalangan karena
sebab 14apapun juga, hal tersebut tidak perlu
dibuktikan kepada pihak ketiga, seorang ketua lainnya bersama sama seorang
sekretaris lainnya berwenang bertindak untuk dan atas nama pengurus serta
mewakili Yayasan.
3. Dalam hal hanya ada seorang
ketua, maka segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada ketua umum berlaku
juga baginya.
4. Sekretaris umum bertugas
mengelola administrasi Yayasan, dalam hal hanya ada seorang sekretaris, maka
segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada sekretaris umum berlaku juga
baginya.
5. Bendahara umum bertugas
mengelola keuangan Yayasan, dalam hal hanya ada seorang bendahara, maka segala
tugas dan wewenang yang diberikan kepada bendahara umum berlaku juga baginya.
6. Pembagian tugas dan wewenang
setiap anggota pengurus ditetapkan oleh Pembina melalui rapat Pembina.
7. Pengurus untuk perbuatan
tertentu berhak mengangkat seorang atau lebih wakil atau kuasanya berdasarkan
surat surat kuasa.
Pelaksana Kegiatan
Pasal 21
1. Pengurus berwenang
mengangkat dan memberhentikan pelaksana kegiatan Yayasan berdasarkan keputusan
rapat pengurus.
2. Yang dapat diangkat sebagai
pelaksana kegiatan Yayasan adalah orang perseorangan yang mampu melaksanakan
perbuatan hukum dan tidak 15pernah dinyatakan
pailit atau dipidana karena melakukan tindakan yang merugikan Yayasan,
masyarakat, atau Negara berdasarkan keputusan pengadilan, dalam jangka waktu 5
(lima) tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut berkekuatan hokum tetap.
3. Pelaksana kegiatan Yayasan
dianmgkat oleh pengurus berdasarkan keputusan rapat pengurus untuk jangka waktu
5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali dengan tidak mengurangi keputusan
rapat pengurus untuk memberhentikan sewaktu-waktu.
4. Pelaksana kegiatan yayasan
bertanggung jawab kepada pengurus.
5. Pelaksana kegiatan Yayasan
menerima gaji, upah atau honorarium yang jumlahnya ditentukan berdasarkan
keputusan rapat pengurus.
Pasal 22
1. Dalam hal tyerjadi perkara
di Pengadilan antara Yayasan dan anggota pengurus atau apabila kepentingan
pribadi seorang anggota pengurus bertentangan dengan Yayasan, maka anggota
pengurus yang bersangkutan tidak berwenang bertindak untuk dan atas nama
pengurus serta mewakili yayasan, maka anggota pengurus lainnya bertindak untuk
dan atas nama pengurus serta mewakili Yayasan.
2. Dalam hal Yayasan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan
kepentingan seluruh pengurus, maka Yayasan diwakili oleh pengawas.
16Rapat Pengurus
Pasal 23
1. Rapat pengurus dapat
diadakan setiap waktu bila dipandang perlu atau permintaan tertulis dari satu
orang atau lebih pengurus, pengawas, atau Pembina.
2. Panggilan rapat pengurus
disampaikan kepada setiap anggota pengurus yang berhak mewakili pengurus.
3. Panggilan rapat pengurus
disampaikan kepada setiap anggota pengurus secara langsung, atau melalui surat
dengan mendapat tanda terima paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat
diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
4. Panggilan rapat pengurus itu
harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan acara rapat.
5. Rapat pengurus diadakan di
tempat kedudukan Yayasan atau di tempat kegiatan Yayasan.
6. Rapat pengurus dapat diadakan
di tempat lain dalam wilayah Republik Indonesia dengan persetujuan Pembina.
Pasal 24
1. Rapat pengurus dipimpin oleh
ketua umum.
2. Dalam hal ketua umum tidak
dapat hadir atau berhalangan, maka rapat pengurus akan dipimpin oleh seorang
anggota pengurus yang dipih oleh dan dari pengurus yang hadir.
3. 17Satu orang poengurus hanya
dapat diwakili oleh pengurus lainnya dalam rapat pengurus berdasarkan surat
kuasa.
4. Rapat pengurus sah dan
berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila:
a.
Dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) jumlah
pengurus.
b.
Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat 4
(empat) huruf a tidak tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan rapat pengurus
kedua.
c.
Pemanggilan sebagaimana dimaksud dalam ayat 4
(empat) huruf b, harus dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat
diselenggarakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal
rapat.
d.
Rapat pengurus kedua diselenggarakan paling cepat 10
(sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua
puluh satu) hari terhiotung sejak rapat
pengurus pertama.
e.
Rapat pengurus kedua sah dan berhak mengambil
keputusan yang mengikat apabila dihadiri lebih dari ½ (satu per dua) jumlah pengurus.
Pasal 25
1. Keputusan Rapat Pengurus
harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
2. Dalam hal keputusan
berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil
berdasarkan suara setuju lebih dari 18½
(satu per dua) jumlah suara yang sah.
3. Dalam hal suara setuju dan
tidak setuju sama banyaknya, maka
usul ditolak.
4. Pemungutan suara mengenai
diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa tanda tangan, sedangkan
pemungutan suara mengenai hal- hal
lain dilakukan secara
terbuka,kecuali ketua rapat menentukan lain
dan tidak ada keberatan dari yang lain.
5. Suara yang abstain dan suara
yang tidak sah tidak dihitung dalam
menentukan jumlah suara yang
dikeluarkan.
6. Setiap rapat Pengurus dibuat
berita acara rapat yang ditandatangani oleh ketua rapat dan 1 (satu) orang
pengurus lainnya ditunjuk oleh rapat
sebagai sekretaris rapat.
7. Penanndatanganan yang
dimaksud dengan pasal 6 tidak diisyaratkan apabila Berita Acara Rapat dibuat
dengan Akta Notaris.
8. Pengurus dapat juga
mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan Rapat Pengurus, dengan ketentuan
semua anggota Pengurus telah diberitahu secara tertulis dan semua anggota
Pengurus memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara tertulis serta menandatangani
persetujuan tersebut.
9. Keputusan yang diambil
sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 8,
mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam
rapat Pengurus.
19Pengawas
Pasal 26
- Pengawas adalah Organ
Yayasan yang bertugas melakukan Pengawasan dan member nasehat kepada
Pengurus dalam menjalankan kegiatan Yayasan.
- Pengawas terdiri dari 1
(satu) orang atau lebih anggota Pengawas
- Dalam hal diangkat
lebih dari 1 (satu) orang Pengawas, maka 1 (satu) diantaranya dapat
diangkat sebagi ketua Pengawas.
Pasal 27
- Yang dapat diangkat
sebagai anggota Pengawas adalah, orang perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hokum dan
tidak dinyatakan bersalah dalam
melakukan pengawasan Yayasan yang menyebabkan kerugian bagi Yayasan,
masyarakat atau Negara berdasarkan putusan pengadilan, dalam jangka waktu
5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut berkekuatan hukum
tetap.
- Pengawas diangkat oleh
Pembina melalui Rapat Pembina untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat
diangkat kembali.
- Dalam hal semua jabatan
Pengawas kosong, maka dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh)
hari sejak terjadinya kekosongan tersebut Pembina harus menyelenggarakan
rapat untuk mengangkat Pengawas baru, dan sementara Yayasan diurus oleh
Pengurus.
- Pengawas berhak
mengundurkan diri dari jabatannya, dengan 20memberitahukan
secara tertulis mengenai maksudnya tersebut kepada Pembina paling lambat
30 (tiga puluh) hari sebelum pengunduran dirinya.
- Dalam hal terdapat
penggantian Pengawas Yayasan, maka dalam jangka waktu paling lambat 30
(tiga puluh) hari, terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian
Pengawas Yayasan, Pembina wajib
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia dan Instansi terkait.
- Pengawas tidak dapat merangkap sebagai Pembina,
Pengurus atau pelaksana kegiatan.
Pasal 28
Jabatan anggota pengurus berakhir apabila :
1. Meninggal dunia
2. Mengundurkan diri
3. Bersalah melakukan tindak
pidana berdasarkan putusan pengadilan yang diancam dengan hukuman penjara
paling sedikit 5 (lima) tahun
4. Diberhentikan berdasarkan
keputusan rapat Pembina
5. Masa jabatan berakhir
Tugas dan wewenang Pengawas
Pasal 29
- Pengawas wajib
dengan itikad baik dan penuh
tanggung jawab 21menjalankan tugas Pengawas
untuk kepentingan Yayasan.
- Ketua Pengawas dan satu
anggota Pengawas berwenang bertindak untuk dan atas nama Pengawas.
- Pengawas berwenang :
a.
Memasuki bangunan,halaman atau tempat lain yang
dipergunakan Yayasan.
b.
Memeriksa pembukuan dan mencocokkan dengan uang kas
, atau
c.
Mengetahui segala tindakan yang telah dijalankan
oleh Pengurus.
d.
Memberi peringatan kepada Penguru.
- Pengawas dapat
memberhentikan untuk sementara 1 (satu) orang atau lebih Pengurus, apabila
Pengurus tersebut bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar atau
Perundang undangan yang berlaku.
- Pemberhentian sementara
itu harus diberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan disertai
alasannya.
- Dalam jangka waktu 7
(tujuh) hari terhitung sejak tanggal pemberhentian sementara itu, pengawas
diwajibkan untuk melaporkan secara
tertulis kepada Pembina.
- Dalam jangka waktu 7
(tujuh) hari terhitung sejak tanggal laporan diterima oleh Pembina
sebagaimana dimaksud dalam ayat 6, maka Pembina wajib Memanggil anggota
Pengurus yang bersangkutan untuk diberi kesempatan membela diri.
- Dalam jangka waktu 7
(tujuh) hari terhitung sejak tanggal pembelaan diri sebagaimana yang
dimaksud ayat 7, Pembina dengan keputusan Rapat Pembina wajib :
a.
22Mencabut keputusan pemberhentian sementara atau,
b.
Memberhentikan Anggota Pengurus yang bersangkutan.
- Dalam hal Pembina tidak
melaksanakan ketentuan sebagaimana yang dimaksud ayat 7 dan ayat 8, maka
pemberhentian sementara batal demi hokum, dan yang bersangkutan menjabat
kembali jabatannya semula.
- Dalam hal semua
pengurus diberhentikan sementara, maka untuk sementara Pengawas diwajibkan
mengurus Yayasan.
Rapat Pengawas
Pasal 30
1. Rapat Pengawas dapat
diadakan setiap waktu bila dipandang perlu atau permintaan tertulis dari satu orang atau lebih,
pengawas, atau Pembina.
2. Panggilan rapat Pengawas
disampaikan kepada setiap anggota Pengawas
yang berhak mewakili Pengawas.
3. Panggilan rapat Pengawas
disampaikan kepada setiap anggota
Pengawas secara langsung, atau melalui surat dengan mendapat tanda terima
paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum
rapat diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal
rapat.
4. Panggilan rapat
Pengawas itu harus mencantumkan tanggal,
waktu, tempat dan acara rapat.
5. Rapat Pengawas diadakan di
tempat kedudukan Yayasan atau di tempat kegiatan Yayasan.
6. Rapat Pengawas dapat
diadakan di tempat lain dalam wilayah Republik 23Indonesia
dengan persetujuan Pembina.
Pasal 31
1.
Rapat
Pengawas dipimpin oleh ketua umum.
2.
Dalam hal ketua umum
tidak dapat hadir atau berhalangan, maka rapat Pengawas akan dipimpin
oleh seorang anggota Pengawas yang dipih oleh dan dari Pengawas yang hadir.
3.
Satu orang Pengawas hanya dapat diwakili oleh
Pengawas lainnya dalam rapat Pengawas berdasarkan surat kuasa.
4.
Rapat Pengawas sah dan berhak mengambil keputusan
yang mengikat apabila:
a.
Dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) jumlah
Pengawas.
b.
Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat 4
(empat) huruf a, tidak tercapai, maka
dapat diadakan pemanggilan rapat Pengawas kedua.
c.
Pemanggilan sebagaimana dimaksud dalam ayat 4
(empat) huruf b, harus dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat
diselenggarakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal
rapat.
d.
Rapat Pengawas kedua diselenggarakan paling cepat 10
(sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua
puluh satu) hari terhitung sejak rapat
Pengawas pertama.
e.
Rapat Pengawas kedua sah dan berhak mengambil keputusan
yang mengikat apabila dihadiri lebih dari ½ (satu per dua) jumlah 24Pengawas.
Pasal 32
1. Keputusan Rapat Pengawas
harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
2. Dalam hal keputusan
berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil
berdasarkan suara setuju lebih dari ½ (satu per dua) jumlah suara
yang sah.
3. Dalam hal suara setuju dan
tidak setuju sama banyaknya, maka
usul ditolak.
4. Pemungutan suara mengenai
diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa tanda tangan, sedangkan
pemungutan suara mengenai hal- hal
lain dilakukan secara
terbuka,kecuali ketua rapat menentukan lain
dan tidak ada keberatan dari yang hadir.
5. Suara yang abstain dan suara
yang tidak sah tidak dihitung dalam
menentukan jumlah suara yang
dikeluarkan.
6. Setiap rapat Pengawas dibuat
berita acara rapat yang ditandatangani oleh ketua rapat dan 1 (satu) orang
pengurus lainnya ditunjuk oleh rapat
sebagai sekretaris rapat.
7. Penandatanganan yang
dimaksud dengan pasal 6, tidak diisyaratkan apabila Berita Acara Rapat dibuat
dengan Akta Notaris.
8. Pengawas dapat juga
mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan Rapat Pengawas, dengan ketentuan
semua anggota Pengawas telah 25diberitahu secara
tertulis dan semua anggota Pengawas memberikan persetujuan mengenai usul yang
diajukan secara tertulis serta
menandatangani persetujuan tersebut.
9. Keputusan yang diambil
sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 8,
mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam
rapat Pengawas.
Rapat Gabungan
Pasal 33
- Rapat gabungan adalah
rapat yang diadakan oleh Pengurus dan Pengawas untuk mengangkat Pembina,
apabila Yayasan tidak lagi mempunyai Pembina Rapat Gabungan diadakan
paling lambat 30 (tga puluh) hari terhitung sejak Yayasan tidak lagi
mempunyai Pembina.
- Panggilan rapat
Gabungan dilakukan oleh Pengurus.
- Panggilan rapat
Gabungan disampaikan kepada setiap Pengurus dan Pengawas secara langsung, atau
melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat 7 (tujuh) hari
sebelum rapat diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan
tanggal rapat.
- Rapat Gabungan harus
mencantumkan tanggal,waktu, tempat dan acara rapat.
- Rapat Gabungan diadakan
ditempat kedudukan Yayasan .
- Rapat gabungan dipimpin
oleh Ketua Pengurus.
- Dalam hal Ketua Pengurus
tidak ada atau berhalangan hadir, maka Rapat 26Gabungan
dipimpin Ketua Pengawas.
- Dalam hal Ketua
Pengurus dan Ketua Pengawas tidak
ada atau berhalangan hadir, maka Rapat Gabungan dipimpin oleh Pengurus
atau Pengawas yang dipilih oleh dan dari Pengurus dan Pengawas yang hadir.
Pasal 34
- Satu orang Pengurus
hanya dapat diwakili oleh Pengurus lainnya dalam Rapat Gabungan
berdasarkan surat kuasa.
- Satu orang
Pengawas hanya dapat diwakili oleh
Pengawas lainnya dalam Rapat Gabungan berdasarkan surat kuasa.
- Setiap Pengurus dan
Pengawas yang hadir berhak mengeluarkan 1 (satu) suara dan tambahan 1
(satu) suara untuk setiap Pengurus dan Pengawas lain yang diwakili.
- Pemungutan suara
mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa tanda
tangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal- hal lain
dilakukan secara terbuka,kecuali ketua rapat menentukan lain dan tidak ada keberatan dari yang lain.
- Suara abstain dan suara
tidak sah dianggap tidak dikeluarkan, dan dianggap tidak ada.
27Korum dan Putusan rapat
Gabungan
Pasal 35
a.
Rapat Gabungan adalah sah dan berhak mengambil
Keputusan yang mengikat apabila dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari
jumlah anggota Pengurus dan 2/3 (dua per
tiga) dari jumlah anggota Pengawas.
b.
Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
hruf a tidak tercapai, maka dapat dilakukan pemanggilan Rapat Gabungan kedua.
c.
Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud ayat 1
huruf b , harus dilakukan paling lambat
7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan, dengan tidak memperhitungkan
tanggal Panggilan dan tempat rapat
d.
Rapat Gabungan kedua diselenggarakan paling cepat 10
(sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak Rapat
Gabungan Pertama.
e.
Rapat Gabungan
kedua sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila dihadiri
lebih dari ½ (satu per dua) jumlah
anggota Pengurus dan ½ (satu per dua)
jumlah anggota Pengawas
2.
Ketua Rapat Gabungan sebagaimana tersebut diatas
ditetapkan berdasarkan musyawarah untuk Mufakat.
3.
Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk
mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan suara setuju paling
sedikit 2/3 (dua per tiga) bagian dari jumlah suara yang sah yang dikeluarkan
dalam rapat.
4.
28Setiap Rapat Gabungan dibuat Berita Acara Rapat,
yang untuk pengesahannya ditandatangani oleh Ketua Rapat dan 1 (satu) orang
anggota Pengurus atau anggota Pengawas yang ditunjuk oleh Rapat.
5.
Penandatangan sebagaimana dimaksud dalam ayat 4
tidak diisyaratkan apabila Berita Acara Rapat dibuat dengan Akta Notaris.
6.
Anggota Pengurus dan anggota Pengawas dapat juga
mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan Rapat Gabungan, dengan ketentuan
semua Pengurus dan semua Pengawas telah diberitahu secara tertulis dan semua
Pengurus dan semua Pengawas memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara
tertulis dengan menandatangani usul tersebut.
7.
Keputusan yang diambil dengan cara sebagaimana ayat
7 mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah adalah
rapat Gabungan
Tahun Buku
Pasal 36
1.
Tahun Buku Yayasan dimulai dari tanggal 1 (satu)
Januari sampai tanggal 31 (tiga puluh satu) Desember.
2.
Pada akhir Desember tiap tahun , buku Yayasan
ditutup.
3.
Untuk pertama kalinya tahun buku Yayasan dimulai
pada tanggal dari Akta Pendirian Yayasan
dan ditutup tanggal 31 Desember 2014 ( tiga puluh satu Desember tahun dua ribu empat belas)
29Laporan Tahunan
Pasal 37
1.
Pengurus wajib menyusun secara tertulis laporan
tahunan paling lambat 5 (lima) bulan setelah berakhirnya tahun buku Yayasan
2.
Laporan tahunan memuat sekurang kurangnya :
a.
Laporan
keadaan dan kegiatan Yayasan
selama tahun buku yang lalu serta hasil yang telah dicapai.
b.
Laporan keuangan yang terdiri atas laporan posisi
keuangan pada akhir priode, laporan aktivitas, laporan arus kas dan catatan
laporan keuangan.
3.
Laporan tahunan wajib ditandatangani oleh Pengurus
dan Pengawas.
4.
Dalam hal terdapat anggota pengurus atau Pengawas
yang tidak menandatangani laporan tersebut, maka yang bersangkutan harus
menyebutkan alas an tertulis.
5.
Laporan tahunan disahkan oleh Pembina dalam rapat
tahunan.
6.
Ikhtisar laporan tahunan Yayasan disusun sesuai
dengan standar akuntansikeuangan yang berlaku dan diumumkan pada papan
pengumuman dikantor Yayasan.
Perubahan Anggaran Dasar
Pasal 38
1.
Perubahan anggaran dasar hanya dapat dilaksanakan
berdasarkan keputusan Rapat Pembina, yang dihadiri palinhg sedikit 2/3 (dua per
tiga) 30dari jumlah Pembina.
2.
Keputusan diambil berdsarkan musyawarah untuk
mufakat.
3.
Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk
mufakat tidak tercapai, maka keputusan ditetapkan berdasarkan persetujuan
paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari seluruh jumlah Pembina yang hadir atau
yang diwakili.
4.
Dalam korum sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 tidak
tercapai, maka diadakan pemanggilan Rapat Pembina yang kedua paling cepat 3 (tiga)
hari terhitung sejak tanggal Rapat Pembina yang pertama.
5.
Rapat Pembina kedua tersebut sah, apabila dihadiri
oleh dari ½ (satu per dua) dari seluruh Pembina.
6.
Keputusan Rapat Pembina kedua sah, apabila diambil
berdasarkan persetujuan suara terbanyak dari jumlah Pembina yang hadir atau
yang diwakili.
Pasal 39
1.
Perubahan Anggaran Dasar dilakukan dengan akta
notaries dan dibuat dalam Bahasa Indonesia.
2.
Perbuhana Anggaran Dasar tidak dapat dilakukan
terhadap maksud dan tujuan Yayasan.
3.
Perubahan Anggaran Dasar yang menyangkut perubahan
nama dan kegiatan Yayasan, harus mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
4.
31Perubahan Anggaran Dasar selain yang menyangkut
hal-hal sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 cukup diberitahukan kepada Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
5.
Perubahan Anggaran Dasar tidka dapt dilakukan pada
saat Yayasan dinyatakan pailit, kecuali atas persetujuan kurator.
6.
Penggabungan
Pasal 40
1.
Penggabungan Yayasan dapat dilakukan dengan
menggabungkan 1 (satu) atau lebihYayasan
dengan Yayasan lain, dan mengakibatkan Yayasan Yang menggabungkan diri
menjadi bubur.
2.
Penggabungan Yayasan sebagaimana yang dimaksud ayat
1 dapat dilakukan dengan memperhatikan:
a.
Ketidakmampuan Yayasan melaksanakan kegiatan usaha
tanpa dukungan Yayasan lain.
b.
Yayasan yang menerima penggabungan dan yang
bergabung kegiatannya sejenis atau,
c.
Yayasan yang menggabungkan diri tidak pernah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan
Anggaran Dasar ketertiban umum dan Kesusilaan.
3.
Usul penggabungan Yayasan dapat disampaikan oleh
Pengurus kepada Pembina.
32Pasal
41
1.
Penggabungan Yayasan hanya dapat dilakukan
berdasarkan Keputusan rapat Pembina yang dihadiri paling sedikit ¾ (tiga per
empat) dari jumlah anggota Pembina yang hadir.
2.
Pengurus dari masing-masing Yayasan yang akan
menggabungkan diri dan yang akan menerima penggabungan menyusun rencana acara penggabungan.
3.
Usul rencana penggabungan sebagaimana yang dimaksud
ayat 2 dituangkan dalam rancangan akta penggabungan oleh pengurus dari Yayasan yang akan
menggabungkan diri dan yang akan menerima penggabungan.
4.
Rancangan akta penggabungan harus mendapat
persetujuan dari Pembina masing-masing Yayasan.
5.
Rencana sebagimana yang dimaksud ayat 4 dituangkan
dalam akta penggabungan yang dibuat dihadapan Notaris dalam bahasa Indonesia.
6.
Pengurus Yayasan hasil penggabungan wajib
mengumumkan hasil penggabungan dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia
paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak penggabungan selesai
dilakukan
7.
Dalam hal penggabungan Yayasan diikuti dengan perubahan Anggaran Dasar yang
memerlukan persetujuan Menteri Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia, maka akta
Penggabungan Anggaran Dasar Yayasan wajib disampaikan kepada Menteri Hukum Dan
Hak Asasi Manusia untuk 33memperoleh persetujuan
dengan dilampiri akta penggabungan.
Pembubaran
Pasal 42
1.
Pembubaran Yayasan hanya dapat dilakukan berdasarkan
keputusan Rapat Pembina yang dihadiri paling sedikit ¾ (tiga per empat) dari
jumlah anggota Pembina dan disetujui paling sedikit ¾ (tiga per empat) dari
jumlah anggota Pembina yang hadir.
2.
Yayasan bubar karena :
a.
Alasan sebagaimana yang dimaksud dalam jangka waktu
yang ditetapkan dalam nggaran Dasar
berakhir.
b.
Tujuan Yayasan yang ditetapkan dalam Anggaran
Dasar telah tercapai atau tidak tercapai.
c.
Putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hokum
tentang berdasarkan alas an :
1.
Yayasan melanggar ketertiban umum dan kesusilaan.
2.
Tidak mampu membayar utangnya setelah dinyatakan
pailit atau,
3.
Harta kekayaan Yayasan tidak cukup untuk melunasi
utangnya setelah pernyataan pailit dicabut.
3.
Dalam hal Yayasan bubar sebagaimana diatur dalam ayat 1 huruf a dan huruf b,
Pembina menunjuk likuidator untuk membereskan kekayaan Yayasan.
4.
Dalam hal tidak ditunjuk likuidator, maka Pengurus Yayasan bertindak sebagai
likuidator.
34Pasal 43
1.
Dalam hal Yayasan bubar, Yayasan tidak bias
melakukan perbuatan hokum, kecuali untuk memebereskan kekayaan Yayasan dalam
proses likuidasi.
2.
Dal hal Yayasan dalam proses likuidasi, untuk semua
surat keluar dicantumkan frasa “dalam likuidasi” dibelakang nama Yayasan.
3.
Dalam hal Yayasan karena pailit, berlaku peraturan
perundang-undangan dibidang kepailitan.
4.
Dalam hal pembubaran Yayasan karena pailit, berlaku
peraturan perundang-undangan dibidang kepailitan.
5.
Ketentuan mengenai penunjukkan, pengangkatan,
pemberhentian sementara,pemberhentian, wewenang, kewajiban, tugas, dan tanggung
jawab, serta Pengawasan terhadap Pengurus, berlaku juga bagi likuidator.
6.
Likuidator atau kurator ditunjuk unyuk melakukan
pemberesan kekayaan Yayasan yang bubar atau dibubarkan, paling lambat 5(lima)
hari terhitung sejak tanggal penunjukan wajib mengumumkan pembubaran Yayasandan
proses likuidasinya dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia.
7.
Likuidator atau kurator dalam jangka waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal proses likuidasi berakhir,
wajib mengumumkan pembubaran Yayasan dan proses likuidasinya dalam surat kabar
harian berbahasa Indonesia.
8.
Likuidator atau kurator dalam jangka waktu paling
lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal proses likuidasi berakhir, wajib
mengumumkan 35pembubaran Yayasan kepada Pembina.
9.
Dalam hal laporan mengenai pembubaran Yayasan
sebagaiman dimaksud ayat 8 dan pengumuman hasil likuidasi sebagaimana
dimaksud ayat 7tidak dilakukan, maka
pembubaran Yayasan tidak berlaku bagi pihak ketiga.
Cara Penggunaan Kekayaan Sisa Likuidasi
Pasal 44
1.
Kekasaan sisa hasil likuidasi diserahkan kepada
Yayasan yang lain yang mempunyai maksud dan tujuan yang sama dengan yayasan
yang bubar.
2.
Kekasaan sisa
hasil likuidasi sebagaimana yang dimaksud ayat 1 dapat diserahkan kepada badan
hokum lain yang melakukan kegiatan yang sama dengan Yayasan yang bubar, apabila
hal tersebut diatur dalam undang-undang yang berlaku bagi badan hukum tersebut.
3.
Dalam hal kekayaan sisa hasil likuidasi tidak
diserahkan kepada Yayasan lain atau kepada badan hokum lain sebagaimana yang
dimaksud ayat 1 dan ayat 2 kekayaan tersebut diserahkan kepada Negara dan
penggunaannya dilakukan sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan yang bubar.
Peraturan Penutup
Pasal 45
1.
Hal-hal yang tidak diatur atau belum cukup diatur
dalam Anggaran Dasar ini akan diputuskan oleh rapat Pembina
0 komentar:
Posting Komentar